Pada masa kepemimpinan Ngabe Soekah, salah seorang cucunya yang bernama Herman Syawal Toendjan (HS. Toendjan) diangkat menjadi Damang. Sesudah Ngabe Soekah berusia lanjut, ditunjuk cucunya yang lain yang bernama Willem Dean sebagai kepala kampung selama 2 tahun, selanjutnya sekitar tahun 1940 diangkat Abd Inin (anak ketiga dari Ngabe Soekah) sebagai kepala kampung yang baru.
Abd Inin (kepala kampung) dan HS. Toendjan (Damang), berkenalan dengan Tjilik Riwut dalam perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Pertemuan kembali ketiga sahabat tersebut terjadi lagi sekitar tahun 1957, ketika Tjilik Riwut beserta 7 orang tokoh yang ditugaskan untuk mencari ibukota Propinsi Kalimantan Tengah berkunjung ke Kampung Pahandut.
Panitia yang bertugas untuk merumuskan dan mencari daerah atau tempat yang pantas/wajar untuk dijadikan Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah, yang telah mendapat dukungan serta perhatian dari Para pejabat teras Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan serta Pemuka-Pemuka Masyarakat Kalimantan Tengah, telah menjatuhkan pilihan dan menetapkan PAHANDUT sebagai Calon Ibu Kota Propinsi Kalimantan Tengah.
Pemuka-Pemuka dan Tokoh-tokoh Masyarakat Pahandut setelah mengetahui bahwa Pahandut, desa mereka, akan dijadikan sebagai calon Ibu Kota Propinsi Kalimantan Tengah menyambut dengan sangat antusias. Namun mereka juga menyadari bahwa untuk pembangunan fisik dari Ibukota Propinsi diperlukan modal yang tidak kecil dan dengan spontan mereka menyerahkan kepada Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah, hak-hak atas tanah-tanah perwatasan milik mereka, untuk dipergunakan dalam Pembangunan Ibukota.
Sambutan masyarakat yang sangat antusias tersebut diwujudkan dan dituangkan dalam suatu PERNYATAAN pada tanggal 30 Januari 1957, yang menjadi dasar bagi Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. Pernyataan para tetuha dan pemuka masyarakat Pahandut adalah sebagai berikut :
PERNYATAAN
Kami yang bertanda tangan dibawah ini, ialah para Tetuha dan Pemuka Rakyat di Pahandut (Kecamatan Kahayan Tengah) setelah mengetahui dan mendengar, bahwa fihak Pemerintah ada mempunyai hasrat untuk untuk menjadikan Pahandut sebagai Ibu Kota Propinsi Kalimantan Tengah, maka dengan ini kami menyatakan kegembiraan dan terima kasih yang tidak terhingga terhadap hasrat Pemerintah tersebut.
Menurut pengetahuan kami, memang Pahandut adalah satu-satunya daerah yang cocok sekali untuk dibangun menjadi Ibu Kota, baik dilihat dari segi pembangunan, maupun dari segi perhubungan antar Daerah di Wilayah Kalimantan Tengah.
Oleh karena itu, kami mengharap supaya hasrat Pemerintah yang hendak menjadikan Pahandut sebagai Ibu Kota Propinsi Kalimantan Tengah, diteruskan hingga menjadi kenyataan.
Kami para Tetuha da para Pemuka Rakyat Pahandut akan membantu sepenuhnya dan menegaskan pula di sini, bahwa tanah-tanah yang diperlukan untuk pembangunan Ibu Kota Propinsi Kalimantan Tengah sepanjang kebutuhannya, kami bersedia untuk
memberikannya dengan senang hati, dan tidak akan meminta pembayaran apa-apa, kalau seandainya ada sebagian kecil yang sudah menjadi milik Rakyat,
Pahandut, 30 Januari 1957
Tanda Tangan Kami,
1. Abd. Inin d.t.t. Abd. Inin
2. St. Rasad d.t.t. St. Rasad
3. H. Tundjan d.t.t. H. Tundjan
4. Buntit Sukah d.t.t. Buntit Sukah
5. Dinan Gani d.t.t Dinan Gani
6. J. Rasan d.t.t. J.Rasan
7. Tueng Kaling d.t.t. Tueng Kaling
Pernyataan ini disampaikan dengan hormat kepada :
1. Yth. Gubernur/Pembentuk Propinsi Kalimanta tengah.
2. Yth. Acting Gubernur Kalimantan Selatan.
3. Inspeksi Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan.
4. Badan Pekerja Dewan Rakyat Kalimantan Tengah.
(Dikutip dari : Tjilik Riwut (1958) Kalimantan Memanggil. Endang. Jakarta.)
Singkatan dari nama Damang H.S. Tundjan dalam buku tersebut memang hanya H. Tundjan (tanpa huruf S), namun dipastikan bahwa yang dimaksud adalah Damang Herman Syawal Tundjan (H.S. Tundjan).
Dalam kenyataan sesungguhnya pembangunan Kota Palangka Raya dimulai, tidak hanya masyarakat di kampung Pahandut saja yang merelakan tanahnya untuk digunakan bagi pembangunan fisik Kota Palangka Raya. Masyarakat dari kampung Jekan juga ikut berpartisipasi dalam menumbangkan tanahnya untuk pembangunan Kota Palangka Raya. Sampai Tahun 1957, Kampung Pahandut, memiliki 7 (tujuh) dukuh yaitu Kereng, Petuk Ketimpun, Hampapak, Tumbang Rungan, Jekan, Marang dan Tahai. Di Kampung Pahandut ketika itu kira-kira 500-600 jiwa.
Nama Pahandut setelah ditetapkan menjadi ibukota Propinsi Kalimantan Tengah masih harus dicari, nama tersebut harus sesuai dengan maksud dan tujuan dari pembangunan kota tersebut. Namun untuk sementara dinyatakan bahwa ibukota Propinsi Kalimantan Tengah adalah Pahandut. Guna mencari nama ibukota propinsi tersebut, Gubernur RTA. Milono menugaskan Panitia yang sama dengan Panitia yang mencari dan merumuskan calon Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah untuk mencari nama bagi Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah.
Panitia terus bekerja keras untuk mencari nama bagi ibukota itu. Mereka mengumpulkan berbagai pendapat dari bermacam-macam kalangan antara lain pendapat/pandangan dari tokoh-tokoh masyarakat Dayak Kalimantan Tengah seperti Damang H.S. Tundjan, Damang Saililah dan Tjilik Riwut termasuk saran dan pandangan dari Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah RTA. Milono. Akhirnya, nama ibukota itu berhasil disepakati dan disetujui sepenuhnya oleh Gubernur RTA. Milono dan kepastian tentang nama itu akan diumumkan sendiri oleh Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah.
Demikianlah kurang lebih 4 bulan kemudian, dengan didahului upacara adat dari suku dayak yang bertempat dilapangan Bukit Ngalangkang, Pahandut pada tanggal 18 Mei 1957 diumumkan nama ibukota propinsi Kalimantan Tengah. Gubernur RTA. Milono dalam pidatonya antara lain mengemukakan cita-cita beliau bahwa untuk memberi nama Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah harus disesuaikan dengan jiwa pembangunan dan tujuan suci. Nama yang dipilih adalah PALANGKA RAYA.